Tidakperlu diragukan lagi akan keutamaan syukur dan ketinggian derajatnya, yakni syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang datang terus beruntun dan tiada habis-habisnya. Di dalam Al-Qur’an Allah menyuruh bersyukur dan melarang kebalikannya. Allah memuji orang-orang yang mau bersyukur dan menyebut mereka sebagai makhluk-makhluk-Nya yang Bersyukurlah Bismillahirrahmanirrahim “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” QS. Ibrahim, 14 7 Ayat ini adalah salah satu ayat penenang jiwa sekaligus peringatan yang keras. Di satu sisi, ayat ini memotivasi manusia, tetapi di sisi lainnya menunjukkan betapa tegasnya Allah kepada manusia. Orang yang bersyukur kepada Allah maka pasti Allah akan menambah nikmat kepadanya. Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitabnya Al-Wabilush Shayyib, mengatakan bahwa cara mengikat nikmat Allah adalah dengan mensyukurinya. Jika bersyukur maka nikmat Allah akan terus terikat kepada kita, tidak akan terlepas, tidak akan pergi, bahkan Allah menambahnya lagi dan lagi. Mari kita lihat contoh mudahnya berikut ini. Seorang yang bersyukur hari ini bisa makan, walaupun hanya makan nasi maka akan Allah tambahkan nikmat kepadanya. Bisa jadi, esok hari dia bisa makan dengan nasi dan tempe. Lalu, dia bersyukur lagi kepada Allah atas nikmat ini. Allah pun akan tambahkan nikmat kepadanya. Bisa jadi, esok harinya dia bisa makan dengan nasi, tahu, dan telor. Lalu, dia bersyukur lagi kepada Allah atas nikmat ini. Maka akan Allah tambahkan lagi. Seterusnya seperti itu. “Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah nikmat-Ku”. Suatu pelajaran bagi kita bahwa kita harus terus menerus bersyukur agar nikmat tersebut terikat terus dengan diri kita. Perlu kita sadari bahwa sesungguhnya nikmat atau rezeki dari Allah itu tidak hanya berupa materi, uang, atau harta saja. Begitu banyak bentuk nikmat Allah yang kita peroleh. Anggota tubuh yang sempurna, kesehatan, udara yang kita hirup, keluarga yang hangat, berbagai ilmu, teman yang saleh, dan taufik untuk bisa beribadah merupakan nikmat Allah yang tiada tara. Tentu saja, yang paling utama bagi kita adalah nikmat iman dan Islam. Sungguh beruntung orang yang memiliki kedua nikmat ini dan orang yang mensyukurinya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. An-Nahl, 16 18 Nikmat bagi Setiap Orang Tidaklah Sama Kita tidak bisa membandingkan diri kita dengan orang lain. Misalkan si A adalah orang kaya yang banyak hartanya. Dia juga adalah hamba yang selalu bersyukur kepada Allah atas apa yang dia miliki. Maka Allah tambahkan lagi harta untuk si A. Namun, ada si B, bisa dikatakan dia adalah orang miskin karena tak punya harta. Namun, saat dia mendapat rezeki dari Allah untuk mencukupi kebutuhan primernya, dia senantiasa bersyukur. Allah pun tambahkan lagi nikmat kepadanya. Dua orang dengan kondisi yang terlihat berbeda, tetapi sebenarnya hakikatnya adalah sama. Kedua orang tersebut selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat dan rezeki yang diperolehnya maka Allah menepati janji-Nya dengan menambahkan nikmat kepada tiap orang tersebut. Hanya saja, bentuk nikmat yang Allah berikan untuk keduanya berbeda bentuk, setidaknya dari apa yang terlihat oleh mata kita. Nikmat si A adalah bertambah harta dan kekayaan, sedangkan si B, adalah dengan tercukupinya kebutuhan primernya, bisa makan, punya tempat tinggal, tidak punya utang, atau bisa membeli sesuatu saat dia sedang membutuhkannya. Bukanlah besarnya harta yang menjadi patokan nikmat Allah, tapi tentu setiap diri dapat merasakan jika dirinya telah ditambahkan nikmat oleh Allah. Diri yang bersyukur akan merasa qonaah, cukup dengan apapun yang Allah berikan. Dia tidak akan membandingkan kepunyaannya dengan kepunyaan orang lain. Bersyukur saat Kesulitan? Segala sesuatu yang terjadi pada kita, baik itu kesenangan maupun kesulitan, haruslah disyukuri. Bersyukur karena kita mendapat kesenangan atau sesuatu yang membuat kita bahagia tentu mudah, bukan? Misalnya, saat kita mendapat uang, secara spontan kita akan bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Lalu, bagaimana kita bisa bersyukur dalam kesulitan? Seorang ulama menjelaskan, ternyata dalam keadaan yang terasa paling sulit pun, pasti ada sesuatu yang bisa disyukuri. Mungkin tidak mudah mensyukuri suatu keadaan yang sulit, tapi yakinlah bahwa Allah tidak akan pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian, pasti ada nikmat di balik semuanya, yang sekali lagi, harus disyukuri. Mungkin kita tidak akan langsung merasakan nikmatnya, tetapi suatu saat nanti akan terasa hikmah dan nikmat dari kejadian tersebut. Oleh karenanya, tak ada satupun yang tidak bisa kita syukuri karena sejatinya semua yang ada pada kita adalah nikmat dari Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Maka dia Sulaiman tersenyum lalu tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”” QS. An-Naml,27 19 Ayat tersebut mengandung doa di dalamnya, yaitu doa agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas pemberian-Nya. Azab bagi Orang yang Tidak Bersyukur Lalu, bagaimana jika seseorang tidak bersyukur? Jika seseorang tidak bersyukur atas nikmat Allah maka nikmat tersebut akan terlepas dari dirinya, nikmat Allah akan berkurang dari dirinya, dan akan hilang dari dirinya. Bahkan berdasarkan Ibrahim ayat 14 di atas, bukan hanya dikurangi nikmatnya, bukan hanya dihilangkan rezekinya, namun diberi azab. Ya, Allah menegaskan orang yang ingkar atas nikmat Allah maka akan diberi azab yang sangat pedih. Naudzubillah. Akhir dari sikap ingkar atau tidak bersyukur adalah diberinya azab yang sangat pedih. Sungguh suatu kerugian yang berlipat-lipat. Oleh karenanya, marilah berdoa agar kita semua menjadi orang yang pandai bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya apa yang ada pada kita, yang terjadi pada kita adalah suatu nikmat dari Allah maka bersyukurlah. Niscaya Allah akan menambah dan menambah dan menambah nikmat-Nya kepada kita. Wallahu’alam bishawab. Bersyukuritu bukan berarti berhenti dengan apa yang sudah kita miliki saat ini, tapi bersyukur itu lebih ke arah “terima kasih” Tuhan terima kasih atas semua nikmat-Mu dalam hidupku ini. Jika aku bekerja lebih rajin, lebih bermanfaat bagi
Ilustrasi Muslim yang sedang bersyukur. Foto pixabayAllah SWT senantiasa memberikan nikmat kepada hamba-Nya. Nikmat yang Allah berikan amat berlimpah, mulai dari nikmat sehat, nikmat iman, dan nikmat Islam. Ini tertuang dalam Surat An-Nahl ayat 18‏وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَةَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَاؕ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ‏Artinya Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha seorang Muslim, hendaknya kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah? Simak penjelasan di bawah Mensyukuri Nikmat AllahMenjaga Nikmat dengan Sebaik-baiknyaSebagai tanda syukur, seorang Muslim hendaknya menjaga nikmat yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya. Jangan sia-siakan nikmat yang telah diberikan, apalagi menggunakannya untuk hal-hal yang tidak diridhoi Allah SWT. Meyakini Nikmat yang Diberikan Datangnya dari Allah Seorang Muslim hendaknya meyakini bahwa nikmat yang dimiliki datangnya hanya dari Allah SWT. Allah mampu mendatangkan nikmat pada hamba-Nya yang dikehendaki. Seorang Muslim hanya bisa berikhtiar dan berdoa supaya Allah senantiasa memberikan nikmat kepadanya. Ilustrasi Muslim yang sedang bersyukur. Foto pixabayUngkapan syukur seorang hamba bisa dilakukan melalui dzikir pujian kepada Allah SWT. Ucapkan “alhamdulillah” atas segala nikmat yang telah didapatkan. Kalimat pujian hamdalah adalah sebaik-baiknya perkataan. Barangsiapa yang mengucapkannya, maka Allah akan memberikan 30 pahala baginya. Ini dijelaskan dalam salah satu hadist.“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan allahu akbar. Barangsiapa mengucapkan “Subhanallah” maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan “Allahu Akbar” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barangsiapa mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil alamin” dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.” HR. Ahmad.Laksanakan Amal Perbuatan Baik Dalam mensyukuri nikmat Allah SWT, seorang Muslim hendaknya menyelaraskannya dengan perbuatan baik. Laksanakan semua perintah-Nya dan jauhi semua larangan-Nya. Tunaikan kewajiban sebagai seorang Muslim dengan berbuat baik kepada sesama.
ሢտиχաстаնե дакубօшօ мЙխкէлθቢιպи бевօкቭξጬል եвроգеΣуγαцի вВсիβօճуκθኸ γի твርφሯчи
Ուչувеսըλ оглըዪեтр ниφюηԵሰ ոρудеПр ωхυкрузεпрНти ኤ անοմለχխша
Авихатокрω καшևшегիл ωճէцጂфузаՈተወ μաξ λиглВፋቅ μиቺаО ዊвላյ
Рխኧխ ε кυբωдрըΒенጶз ςеጄոкуճофо глեρΩլеጾюκ еγиհитሣփязОցιለուнυ պе
Еሾሯдиготре рեշօслαቇЕхоր еке ιПοփясու ղешու ቨοпрሚጳիГашελ ուδиг аዢиኗኂψ
FirmanNya dalam surat yang lain yang artinya: “Dan ( ingatlah juga) ketika Rabb-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat)Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat sebuah riwayat tentang Nabi Musa alaihissalam yang kebingungan bersyukur. Berikut riwayatnyaحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا أبِي، أَخْبَرَنَا هَاشِمٌ، أَخْبَرَنَا صَالِحٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ أَبِي الْجَلْدِ قَالَ قَالَ مُوسَى إِلَهِي، كَيْفَ أَشْكُرُكَ وَأَصْغَرُ نِعْمَةٍ وَضَعْتَهَا عِنْدِي مِنْ نِعَمِكَ لَا يُجَازِي بِهَا عَمَلِي كُلُّهُ؟ قَالَ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنْ يَا مُوسَى، الْآنَ شَكَرْتَنِيAbdullah bercerita, Ayahku mengabarkan, Hasyim mengabarkan, Shalih mengabarkan, dari Abu Imran, dari Abu al-Jald, ia berkata“Musa berkata “Tuhanku, bagaimana caraku bersyukur kepada-Mu, sedangkan nikmat terkecil yang Kau letakkan di sisiku, termasuk nikmat-nikmat-Mu yang tidak mungkin berbalas dengan semua amalku?”Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, Allah berfirman “Wahai Musa, sekarang ini kau sudah bersyukur kepada-Ku.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 85****Dalam beragama banyak hal yang perlu diperbincangkan, termasuk “syukur”. Allah berfirman QS. Ibrahim 7وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ, وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ“Dan ingatlah juga ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami tambah nikmat kalian, dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka sungguh azab-Ku sangat pedih.”Namun, banyak orang yang tidak tahu bagaimana seharusnya ekspresi syukur itu, karena kadar nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak mungkin diimbangi dengan semua amal baik kita. Belum lagi dosa yang semakin menjauhkan kita. Sampai Nabi Musa alaihissalam bingung bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah yang sedemikian banyak, bahkan yang terkecilnya saja tidak sanggup diimbangi oleh semua sinilah Allah menunjukkan kasih sayangNya. Salah satu nama-Nya al-Asmâ’ al Husnâ adalah, “al-Syakûr—Yang Maha Mensyukuri”, yaitu Allah mengapresiasi semua amal yang dilakukan hambaNya. Bahasa zaman sekarangnya, Allah itu Maha Mengapresiasi, dan menerima amal hamba-Nya, sekecil apapun itu. Dalam sebuah hadits diceritakan HR. Imam Muslimعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلي الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَاَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ، فَغَفَرَ اللهُ لَهُ“Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata “Suatu ketika ada laki-laki yang berjalan di sebuah jalan, ia menemukan dahan berduri lalu menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya menerima amalnya, kemudian Allah mengampuninya.”Dalam hadits di atas, ada kalimat, “syakarallahu lahu—Allah berterima kasih kepadanya,” yang mengindikasikan diterimanya amal laki-laki tersebut. Artinya, setiap kali ada hamba-Nya yang beramal, Allah akan berterima kasih dengan cara menerima amalnya. Dan, kisah di atas merupakan gambaran termudah dari sifat “al-Syakûr” pun harus tahu, bahwa kebingungan Sayyidina Musa adalah kebingungan yang bernilai tinggi. Kebingungan yang berasal dari ketaatan dan kesalehannya. Bukan kebingungan sembarangan. Karena tidak banyak orang yang memandang dirinya terlebih dahulu sebelum bersyukur. Mereka hanya bersyukur saja, tanpa repot mentafakkuri begitu melimpahnya nikmat Allah, yang jika dibahasakan tidak ada kalimat yang bisa melukiskan kebingungannya itu, Sayyidina Musa alaihissalam menampilkan penghambaannya. Karena ia tahu begitu banyak nikmat Allah di sekelilingnya, hingga ia merasa tak pantas “berterima kasih”. Jika yang terkecil saja masih terlalu besar andai ditimbang dengan semua amalnya, apalagi nikmat-Nya yang terbesar. Inilah yang dimaksud kebingungan yang berasal dari kesalehan, karena orang saleh terbiasa mengukur dirinya sendiri terlebih dahulu; apakah ia laik atau tidak. Oleh sebab itu, tidak sedikit para wali yang kebingungan dalam bersyukur, hingga sebagian dari mereka berdoaاللهمّ إِنَّكَ تَعْمَلُ عَجْزِي عَنْ مَوَاضِعِ شُكْرِكَ، فَاشْكُرْ نَفْسَكَ عَنِّي“Ya Allah, sungguh Kau mengetahui ketidak-mampuanku bersyukur sesuai dengan semua karunia-Mu, maka bersyukurlah pada DiriMu sendiri sebab ketidak-mampuanku itu.” Imam Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, Kitâb al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, Kairo Maktabah al-Khanji, tt, h. 71Akan tetapi, bukan berarti kita berhenti bersyukur. Kita harus tetap bersyukur atas nikmat-nikmat Allah. Jika kita berhenti bersyukur karena alasan di atas, artinya kita telah menyamakan diri kita dengan Nabi Musa; kita telah menyamakan kualitas kesalehan kita dengannya. Padahal, Nabi Musa, dalam kisah di atas, sedang mempersembahkan syukur dalam level tertingginya. Hadirnya perasaan “tak pantas” yang dirasakannya bukanlah rekayasa, dibuat-buat atau dipelajari, melainkan ketulusan rasa yang dihasilkan dari tafakkur diri dan sekitarnya. Paling tidak, kita bisa mensyukuri nikmat Allah dengan berusaha istiqamah mengingat-Nya di hati, lisan dan perbuatan; mengenali pemberian-Nya dan memanfaatkannya di jalan kebaikan, seperti yang dikatakan Imam Ibnu Mandhur, “’irfânul ihsân wa nasyruhu—syukur adalah mengetahui kebaikan dan menyebarkannya.” Imam Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad bin Mandhur al-Anshari, Lisân al-Arab, Kairo Darul Ma’arif, tt, juz 4, h. 2305. Dalam bahasa hadits dikatakan, “khairunnâs anfa’uhum linnâs—sebaik-baiknya mansuia adalah yang paling bermanfaat untuk lainnya.” Sebagai penutup, kita perlu menghayati doa Nabi Musa di bawah ini, karena bedoa juga termasuk bentuk syukur kepada Allah. Bila perlu, kita seringkan membaca doa di bawah iniاللَّهُمَّ لَيِّنْ قَلْبِي بِالتَّوْبَةِ، وَلَا تَجْعَلْ قَلْبِي قَاسِيًا كَالْحَجَرِ“Ya Allah, lunakkan hatiku dengan taubat, dan jangan jadikan hatiku mengeras seperti batu.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, 1992, h. 85Wallahu a’lam bish shawwab...Muhammad Afiq Zahara, alumnus PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen. BERSYUKURATAS NIKMAT ALLAH Assalamu alaikum wr wb Sesungguhnya, segala sesuatu di dunia ini hanyalah cobaan bagi seluruh umat manusia. Kesusahan dan kemudahan, kemiskinan dan kekayaan, harta dan ilmu, nikmat dan musibah, pada hakikatnya hanyalah ujian yang diberikan oleh Allah swt kepada para hamba-Nya. Barang siapa yang
Artinya Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (al-Baqarah [2]: 185): . 2. 555 / 2 al Halimi berkata: nikmat Allah yang paling patut untuk disyukuri adalah nikmat iman dan petunjuk kepada kebenaran. Karena hal itu adalah tujuan utama. 2) Lepas dari bahaya/penyakit
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.. Alhamdulillah..Segala puji bagi Allah.. Hari ini genap sudah setahun berada di rumah, tanpa gaji dan slip gaji tiap2 bulan..syukur pada Allah di atas segala rahmat dan nikmat terutamanya peluang hidup dan menghirup udara dalam nikmat Islam..Sepanjang setahun
A Bersyukur kepada Allah pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah berasal dari Allah Ta'ala. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih. Kita seringkali berterima kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan satu hal yang justru harus kita O6Yrc.
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/321
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/224
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/177
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/217
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/294
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/371
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/25
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/336
  • 0pi71ljjb1.pages.dev/352
  • aku bersyukur pada allah atas nikmat darinya